Rabu, 01 Desember 2010

Senjata Khas Suku Dayak Kalimantan

Mandau

Pada jaman dulu jika terjadi peperangan, suku Dayak pada umumnya menggunakan senjata khas mereka, yaitu mandau.
Mandau merupakan sebuah pusaka yang secara turun-temurun yang digunakan oleh suku Dayak dan diaanggap sebagai sebuah benda keramat. Selain digunakan pada saat peperangan mandau juga biasanya dipakai oleh suku Dayak untuk menemani mereka dalam melakukan kegiatan keseharian mereka, seperti menebas atau memotong daging, tumbuh-tumbuhan, atau benda-benda lainnya yang perlu untuk di potong.



model 005

1. Asal usul

Mandau adalah senjata tradisional masyarakat Melayu Dayak yang hidup di Kalimantan Timur, terutama di daerah Barito. Menurut cerita rakyat, sebutan lengkap senjata ini adalah mandau ambang birang bitang pojo ayun kayau. Pada zaman dahulu senjata mandau selalu dikaitkan dengan tradisi mengayau di kalangan orang Dayak, yakni memenggal kepala musuh, baik dalam peperangan atau lainnya. Tradisi ini akhirnya menjadi suatu kepercayaan masyarakat Dayak bahwa mandau yang sering digunakan untuk mengayau dianggap semakin keramat, sementara pemiliknya dianggap semakin sakti dan status sosialnya semakin tinggi. Namun saat ini, dengan semakin hilangnya tradisi mengayau sejak awal abad ke-20 M, mandau tidak sekeramat dahulu. Mandau sudah menjadi senjata biasa yang tidak hanya difungsikan untuk mengayau, tetapi juga untuk berburu, menebang pohon, menebas dahan dan menggali umbi-umbian.

Sejarah mencatat bahwa mandau yang asli dibuat dari batu gunung yang dilebur secara khusus oleh orang yang ahli, dengan diberi hiasan emas, perak atau tembaga. Senjata ini mirip dengan parang, perbedaannya hanya terletak pada ukiran yang dibuat di bagian bilah yang tumpul. Selain itu, pada bilah ini dibuat pula lubang-lubang yang ditutupi dengan kuningan guna memperindah bilah tersebut. Di sisi lain, kedudukan Mandau hampir sama dengan keris bagi masyarakat Jawa, atau rencong bagi masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Jenis-jenis

Biasanya mandau terdiri dari ulu (pegangan), sarung dan bilah. Ulu terbuat dari kayu pilihan dan diberi hiasan, di antaranya berupa jumbai-jumbai rambut manusia yang diambil dari kepala orang yang sudah dikayau, berfungsi sebagai penambah keangkeran dan keampuhannya. Sementara itu, sarungnya terbuat dari kayu yang juga dihias dengan beragam hiasan, di antaranya manik-manik dan bulu burung. Pada sarung ini diselipkan anak mandau berupa pisau pengerat kecil yang bertangkai panjang. Sedangkan bilah mandau berukuran panjang sekitar 70 cm, ujungnya runcing dengan lebar yang berbeda dari bagian pangkalnya. Lebar di bagian ujungnya sekitar 6, 5 cm, sementara di bagian pangkalnya kira-kira 3,5 cm. Sisi tajamnya terletak di bagian depan, sementara sisi majal (tumpul)nya di bagian punggung. Pada bagian punggung ini terdapat bentuk ukiran bergerigi yang diperindah pula dengan logam lain selain besi, misalnya tembaga atau kuningan.


Pada dasarnya, jenis-jenis mandau pada semua suku Dayak memiliki bentuk yang sama. Tetapi ada sedikit perbedaannya jika dilihat dari segi kelengkungan bilahnya: yakni ada bilah yang agak melengkung, lurus, ada pula yang agak condong ke belakang. Ciri-ciri tersebut membedakan jenis-jenis mandau seperti jenis mandau ilang yang hampir lurus; mandau langgi tinggang yang melengkung ke belakang; mandau naibor atau naibur yang memakai semacam pengait, hampir mirip dengan kembang kacang pada keris di dekat pangkalnya. Selain itu, ada pula jenis mandau pakagan dan mandau bayou yang masing-masing memiliki variasi bentuk tersendiri. Dari perbedaan jenis dan bentuk hiasan yang ada pada mandau, akan diketahui bahwa mandau dengan ciri-ciri tertentu adalah milik orang Dayak Maayan, Dayak Mbalan, Dayak Bahau, Dayak Ngaju, atau sub suku Dayak lainnya. Namun, belum ditemukan penjelasan yang lebih jauh mengenai suku Dayak yang memiliki jenis-jenis mandau tersebut.

3. Cara Membuat

(Dalam Proses Pengumpulan Data)

4. Nilai simbolis

Mandau merupakan salah satu senjata yang dikeramatkan oleh orang Dayak. Sebagai senjata keramat, mandau ini selalu disimpan di tempat khusus untuk penghormatan. Masyarakat Dayak meyakini bahwa mandau yang paling keramat adalah mandau yang dibuat Panglima Sempung dan Bungai, berikut keturunan mereka. Keturunan dari kedua Panglima ini sangat dihormati oleh masyarakat Dayak pada umumnya.

Di sisi lain, kekeramatan mandau dapat pula dilihat dari bentuk hiasan dan ukiran. Dari bentuk hiasan, seperti hiasan rambut yang diikatkan pada mandau diyakini bahwa roh orang yang dikayau akan tetap menyatu dengan mandau tersebut. Selain itu, semakin banyak bekas yang dihias pada ulu mandau menandakan bahwa banyak pula manusia yang mati karena senjata mandau tersebut. Sedangkan dari bentuk ukiran, seperti ukiran dari timah, perak atau logam lainnya bisa menjadi pelindung dari pengaruh-pengaruh jahat yang dapat mencelakakan si pemilik mandau tersebut.

Biasanya orang awam akan sering kebingungan antara mandau dan ambang.

Orang awam atau orang yang tidak terbiasa melihat atau pun memegang mandau akan sulit untuk membedakan antara mandau dengan ambang karena jika dilihat secara kasat mata memang keduanya hampir sama. Tetapi, keduanya sangatlah berbeda. Namun jika kita melihatnya dengan lebih detail maka akan terlihat perbedaan yang sangat mencolok, yaitu pada mandau terdapat ukiran atau bertatahkan emas, tembaga, atau perak dan mandau lebih kuat serta lentur, karena mandau terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dan diolah oleh seorang ahli.

Sedangkan ambang hanya terbuat dari besi biasa, seperti besi per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan atau batang besi lain. Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau harus disimpan dan dirawat dengan baik ditempat khusus untuk penghormatan.

Karena suku Dayak yakin bahwa mandau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi pemiliknya dari serangan atau niat jahat dari lawan-lawannya. Dan mandau juga diyakini dijaga oleh seorang perempuan, dan jika pemilik mandau tersebut bermimpi bertemu dengan perempuan yang menghuni mandau, berarti sang pemilik akan mendapatkan rejeki.

Mandau selain dibuat dari besi batuan gunung lalu diukir, pulang
atau hulu mandau (tempat untuk memegang) dibuat berukiran dengan

menggunakan tanduk kerbau untuk yang pulang-nya berwarna hitam. Dan menggunakan tanduk rusa untuk pulang yang berwarna putih. Pembuatan pulang dapat juga menggunakan kayu kayamihing.
Pada bagian ujung dari pulang diberi atau ditaruh bulu binatang atau
rambut manusia. Untuk dapat melengkatkan sebuah mandau dengan pulang dapat menggunakan getah kayu sambun yang terbukti sangat kuat kerekatannya.Setelah itu kemudian diikat lagi dengan jangang, namun jika jangang sulit ditemukan dapat menggunakan uei (anyaman rotan).


Besi mantikei yang digunakan untuk bahan
baku pembuatan mandau dapat ditemukan didaerah Kerang Gambir, sungai Karo Jangkang, sungai Mantikei anak sungai Samba simpangan sungai Katingan, dan desa Tumbang Atei.

Tidak lengkap kiranya jika mandau tidak memiliki kumpang. Kumpang ialah sebutan sarung untuk mandau, kumpang mandau merupakan tempat masuknya mata mandau biasanya dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang mandau diberi tempuser undang, yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uei (rotan).

Pada bagian depan kumpang dibuat sebuah sarung kecil tempat menyimpan langgei puai. Langgei puai adalah sejenis pisau kecil sebagai pelengkap mandau. Tangkainya panjang sekitar 20 cm dari mata anggei, bentuknya lebih kecil dari pada tangkainya. Fungsi dari langgei puai adalah untuk menghaluskan atau membersihkan benda-benda, contohnya rotan. Sarung atau kumpang langgei selalu melekat. pada kumpang mandau. Sehingga dapat dikatakan bahwa antara mandau dan langgei puai adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan.

model 005

model 006

Harga :
MODEL 005 
Ukuran pendek @Rp. 75.000,-
Ukuran sedang @Rp. 100.000,-
Ukuran panjang @Rp. 150.000,-

MODEL 006 @Rp. 2.500.000,- 
- Pegangan / Ulu dari tanduk Rusa diukir motif kalimantan
- Accesories tanduk Rusa ukiran motif Kalimantan
- Sarung Dari Kulit dan variasi anyaman rotan
- Bilah terbuat dari baja pilihan


Harga belum temasuk ongkos kirim

ongkos kirim luar Kalimantan Rp. 28.000,-/kg JNE Cargo
(2 - 3 hari sampai tujuan)

pemesanan Via Email : 
borneoartproduction@yahoo.com
ncep.borneo@yahoo.com

sms only :
+62 813 4660 6395
+62 813 4648 0542

telp:
+62 542 7133 902

Tidak ada komentar:

Posting Komentar